Anak pertama : Papa, lomie (mie goreng kuah khas Bagan) 5,
kwetiao 2 bungkus.
Papa : oke…
Anak pertama : Erjie (panggilan anak ke-2), nasi kari 4, 2
tidak pakai cabe.
Anak ke-2 : yahh, ini nasi kari 3 bungkus sudah selesai.
Anak ke-3 : kuah herbal sudah siap, Young (panggilan anak ke-4)… tolong
di antar ke meja 6.
Anak ke-4 : Sanjie (panggilan anak ke-3), tolong nasi
putih tambah 1 mangkok. Akong (kakek), kopi hitam 2, teh herbal panas 6, air
hangat 1.
Akong : hosei (oke)…
Mama : Erjie, kuah kari sudah mau habis belum?
Anak ke-2 : masak lagi aja Ma, tinggal sedikit lagi, telur
kecap juga sudah mau habis.
Mama : Sanjie, kamu rebus telur 2 papan, kemudian
cuci beras untuk masak.
Sebuah cuplikan suasana kedai kopi pada hari Minggu di mana semua meja
di dalam kedai penuh dengan tamu dan karyawan-karyawan yang hilir mudik untuk
meng-order menu ataupun mengantar menu ke meja.
Jika dilihat dari luar, kedai ini hanya sebuah kedai biasa yang berada
di daerah china town, dekat dengan pasar traditional dan aliran sungai. Bila di
bandingkan dengan café atau restoran kini yang bernuansa modern, kedai ini
sangat oriental dengan tempat masak dan
mesin pembuat mie yang masih seperti 30-an tahun yang lalu.
Di kedai inilah kami tumbuh sebagai personal yang mandiri, jujur, dan selalu
bersyukur. Cara bekerja secara kekeluargaan selalu ditanam oleh orang tua saya,
mereka selalu mengajarkan kami untuk bersikap adil dan menghargai karyawan yang
bekerja di kedai, karena berkat merekalah, kedai kami dapat selalu
beroperasional dengan baik.
Dari mereka, saya belajar memberi dan berbagi dengan tulus, bekerja
dengan sepenuh hati, dan membawa team dengan hati. Mungkin ini bagi system management
modern sangat tidak efesien, tapi percaya-lah bahwa membawa team dengan hati
akan membuat lingkungan kerja terasa lebih nyaman.
Hal yang selalu ingin saya pelajari dan terapkan di dalam jalan hidup
saya dari orang tua saya adalah sikap lapang dada dan rendah hati mereka
terhadap setiap kondisi. Dari mereka
saya melihat interaksi social yang baik antar insan, koneksi yang luas dan
keharmonisan di lingkungan keluarga ataupun teman.
Inilah saya anak ke-2 kopitiam (kedai kopi) yang suka bertualang untuk
melihat sudut-sudut kehidupan. Sifat keras kepala menjadikan saya terkadang
melakukan sesuatu yang susah dimengerti orang, seperti sengaja melewati jalan
lain selain jalan utama, alasan saya adalah: 1. supaya bisa melihat sudut
kehidupan yang berbeda, 2. proses menuju hasil ada berbagai cara, nikmatilah
proses itu, carilah cara yang dapat menumbuhkan motivasi dan pandangan baru
bagimu, 3. sesuatu yang indah selalu tersembunyi dan harus berjuang untuk
meraihnya.
Hal yang nyaman bagi saya adalah ketika berada di tempat yang tidak
mengutamakan materi.
No comments:
Post a Comment