Saturday, March 4, 2017

Antara Pohon, Daun dan Angin

Sebuah artikel dari seorang teman di komunitas saya, saya share di sini supaya dapat berbagi dengan teman-teman yang mengunjungi blog saya.

Gambar ini di lukis oleh seorang murid atas permintaan saya, 
saya selalu memiliki impian melihat pohon ini di hamparan rumput hijau.



---

perginya daun, 
karena angin yang mengejar,
atau,
pohon yang tidak mempertahankannya.

Angin mengejar daun, berjanji akan membawa daun melihat dunia luar yang penuh warna.
Daun dilemma dalam memutuskan, kemudian meminta pendapat pohon.
Pohon berkata: "Jika kamu tidak ingin pergi, saya akan mempertahankanmu."
Suatu hari, daun tergoda oleh bujukan angin, kemudian memilih untuk mengikuti angin bertualang.
Ketika akan pergi, dia bertanya kepada pohon : "Mengapa kamu tidak mempertahankan saya?"
Pohon berkata : "Di dunia ini tidak hanya ada satu daun sepertimu."
Daun kemudian bertanya kepada angin : "Mengapa kamu mengejar saya?"
Angin menjawab dengan jujur : "Karena dunia ini tidak ada daun yang sama."
Daun merenung, ini karena pohon yang tidak mengerti arti cinta dan tidak menghargai, atau angin yang terlalu keras kepala.
Pohon bertanya kepada daun : "Mengapa kamu ingin pergi?"
Daun menjawab dengan riang : "Karena saya ingin melihat dunia luar."

Sejujurnya, pohon terlalu mencintai daun, untuk memuaskan impian daun, maka dia merelakannya.

Angin bertanya kepada daun : "Mengapa kamu memilih untuk pergi denganku?"
Daun berkata dengan gembira : "Karena kamu memberikan saya impian, dan dapat memuaskanku."

Ketika daun membawa rasa penasaran yang besar dalam melihat dunia luar, angin berhenti bertiup.
Daun kemudian jatuh ke jalanan, sebuah mobil yang pas lewat melindasi daun hingga hancur berkeping-keping.
Pohon sangat sedih, dia menyesal karena tidak mempertahankan daun, tidak menggenggam erat daun.
Sementara angin terus bertiup, bagaikan tidak ada rasa sedih atas kehilangan daun.

Karena daun yang tidak bersyukur dan tidak menghargai, ataukah angin yang terlalu kejam?


---

Bukankah kita juga serupa, selalu mengharapkan sesuatu yang diimpikan, berharap dapat terbang tinggi, kemudian setelah lama mencari dan merasa hampa, baru tersadar bahwa apa yang telah pernah kita lepaskan adalah hal yang tidak mungkin dapat kembali seperti semula lagi.

Jika kita menginginkan sesuatu, maka lepaskanlah dia. Bila dia berbalik kepadamu, berarti dia untukmu; bila tidak balik, maka dia bukan untukmu. Sesuatu yang selalu kita cari terus menerus, selalu bukanlah kebutuhan yang kita butuhkan.

Mungkin kita akan merasa daun yang terlalu egois, tetapi bila dia tidak pergi jauh, dia akan selalu menyesali dan menyalahkan pohon yang terlalu bersikeras untuk mempertahankannya, sehingga dia tidak dapat melihat dunia luar. Dengan kepergiannya dari pohon, setidaknya dia dapat melihat dunia luar walaupun tidak berlangsung lama.

Sampai disini, saya teringat dengan 2 lagu mandarin yang liriknya mungkin sesuai dengan perasaan pohon, daun dan angin.

 ---

Hanya satu kesempatan untuk bahagia

Di masa kehidupan yang sangat terbatas, dapat dicintai oleh orang yang dicintai,
mungkin tidak perlu meminta lebih, penyesalan di dunia ini memang sangatlah banyak.

Berpisah di masa yang sulit, kamu benar-benar tidak seharusnya memelukku lagi,
kerelaan saya untuk melepaskan tanganmu, tidak menunjukkan bahwa saya cukup kuat untuk berlapang dada.

reff.
Kita dulu pernah memiliki sebuah kesempatan untuk bahagia, ketika bunga mawar dan janji-janji belum berguguran,
janganlah berkata maaf, karena saya tidak menyesal dulu pernah bertualang bersamamu.

Kita pernah memiliki sebuah kesempatan untuk bahagia, sepertinya sudah memiliki cinta yang sempurna,
kamu berkata janganlah menangis, saya berkata tidak akan nangis, kemudian kita menyimpan air mata ini.

https://www.youtube.com/watch?v=cilKbr7ofAQ

---

Lagu ini menurut saya sesuai dengan hubungan segitiga antara pohon, daun dan angin, posisi dan perasaan pohon kepada daun (bait kedua dan reff), serta posisi dan perasaan daun kepada angin (bait pertama dan reff).

Di antara pohon dan daun adanya keterikatan dimana pohon memberikan daun sebuah kehidupan, dia mencintai daun dengan penuh ketulusan, tetapi dia tidak dapat memuaskan daun yang memiliki impian jauh. Ketika dia merelakan daun pergi dengan angin dan pada akhirnya angin meninggalkan daun, dia merasa sangat sedih mengapa tidak mempertahankan daun saat itu.

Untuk daun sendiri, pohon memberikan kenyamanan baginya, tetapi impian untuk melihat lebih jauh membuat dia harus meninggalkan pohon yang telah mencintainya dengan tulus. Dia percaya bahwa angin benar-benar tulus ingin membawanya bertualang. Ketika pada akhirnya angin berhenti bertiup dan meninggalkannya jatuh di jalanan kemudian digilas hancur oleh mobil yang melewatinya, dia merasa sedih akan keputusan ini, tetapi dia juga bersyukur dengan apa yang telah dia lewatkan bersama pohon dan angin, menjadi sebuah kenangan.

Baik pohon ataupun daun memiliki penyesalan dimana kondisi akhir sudah tidak dapat balik seperti semula.


---

Lagu Zhang

Saya ingin membawa kamu terbang jauh, melihat setiap sudut di dunia ini,
tidak ada pikiran penat, tidak ada kesedihan,
terbang bebas dengan ceria.

lupakan kepedihan, lupakan tempat yang membuatmu sedih,
kita bertualang bersama, walaupun tidak ada rumah mewah dan baju yang indah,
tetapi penuh dengan harapan.

kita harus terbang ke tempat yang jauh untuk melihat-lihat,
dunia ini tidak selalu begitu menyedihkan,
kita harus terbang ke tempat yang jauh untuk melihat-lihat,
dunia ini masih ada seberkas cahaya terang.

https://www.youtube.com/watch?v=SMZef5bys94

---

Lagu ini saya posisikan di pihak angin, ketika angin mengajak daun untuk bertualang, saya yakin dia benar-benar ingin membawa daun untuk bertualang bersama, mereka memiliki impian yang sama untuk melihat dunia lebih jauh. Dan dia benar-benar membawa daun bertualang, daun juga bahagia ketika bersamanya, itulah kenangan mereka walaupun tidak berlangsung lama. Setiap hal dan benda tidaklah bersifat abadi, begitu juga dengan angin yang pada awalnya memberi janji kepada daun, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, akan ada saatnya perubahan terjadi sesuai kondisi alamiahnya.



Tidak ada "kepemilikan" dalam hidup ini, pohon tidak ada kepemilikan atas daun, begitu juga dengan daun yang tidak ada kepemilikan atas angin. Ketika pada saatnya harus berakhir sesuai karma mereka, maka relakanlah. Tidak ada penyesalan dalam hal ini karena mereka pernah memiliki waktu bersama, sebelum pergi dengan angin, pohon dan daun hidup bersama, ketika mengikuti angin bertualang, daun dan angin hidup bersama.

Sehingga bila sudah menjadi keputusan, mengapa harus menyesal ketika melihat kembali?









No comments:

Post a Comment