Sunday, March 26, 2017

Cheng Beng, Tradisi ke-3 Tionghua




Cheng Beng adalah salah satu 5 festival tertua orang Tionghua. Cheng Beng atau berziarah ke makam leluhur adalah tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi sebagai bentuk rasa hormat terhadap leluhur yang telah meninggal.

                Cheng Beng jatuh pada bulan 3 lunar atau setiap tanggal 4-5 April. Dalam tradisi Hokkian, acara Cheng Beng atau berziarah ke makam leluhur dapat dimulai dari H-10 sampai dengan H+5 (setengah bulan).

                Adapun nama Cheng Beng yang artinya jernih, jelas  di karenakan pada bulan 3 lunar di Tiongkok, cuaca sudah mulai hangat (masuk musim semi), udara segar,  daun-daun mulai hijau dan bunga-bunga mulai mekar menghiasi alam semesta.




                Awal mula festival Cheng Beng bermula ketika zaman Chun Qiu yang waktu itu terjadi peperangan (sekitar 770 SM). Seorang  raja bernama Chong Er yang kelaparan sewaktu berkelana 19 tahun di pengasingan,  karena tidak ada makanan di sekitar itu, maka salah seorang pengawalnya  yang bernama Jie Zhi Tui kemudian mengiris daging di pahanya untuk di masak sup sebagai makanan raja.  Raja sangat terharu melihat pengorbanan Jie Zhi Tui, dan setelah beliau berhasil kembali ke negaranya, beliau ingin membalas budi Jie Zhi Tui dengan pemberian santunan dan pangkat.

                Namun Jie Zhi Tui sudah terlanjur pergi berkelana dengan ibundanya di dalam hutan. Karena tidak dapat menemukan Jie Zhi Tui, akhirnya raja memerintahkan prajuritnya untuk membakar hutan itu guna memancing Jie Zhi Tui supaya keluar dari hutan. Namun setelah api mereda, para prajurit baru menemukan Jie Zhi Tui, beliau meninggal dengan ibundanya dalam posisi berpelukan di bawah pohon Liu. Sang Raja sangat menyesal, kemudian memerintahkan bahwa hari ini sebagai Hari Tanpa Api atau Hari Makanan Dingin.

                Pada awalnya Hari Makanan Dingin berbeda 3 hari dengan Cheng Beng, namun sejak Dinasti Song,  Hari Makanan Dingin digabungkan dengan Cheng Beng dan berlanjut sampai sekarang ini. Yang di maksudkan dengan Hari Makanan Dingin yaitu pada hari itu tidak menghidupkan api untuk memasak, masyarakat makan makanan yang sudah di masak sehari sebelumnya ataupun kue-kue.  

                Dalam tradisi Hokkian, sanak keluarga akan membawa lilin, dupa, kertas sembahyang, bunga dan sesajian dalam acara ziarah makam leluhur. Sebelum memulai sembahyang, keluarga akan membersihkan makam leluhur dari rumput liar, mengelap batu nisan dan menebarkan bunga di atas makam leluhur. Sembahyang pertama di tujukan kepada dewa tanah yang menjaga makam leluhur, kemudian dilanjutkan sembahyang leluhur dengan mempersembahkan dupa, lilin, kertas sembahyang dan sesajian yang di bawa. Sesajian biasanya berupa buah-buahan dan kue-kue.

                Pada hari Cheng Beng, karena ditentukan sebagai Hari Tanpa Api, maka seluruh masyarakat akan mengonsumsi makanan yang sudah disiapkan sebelumnya, seperti lumpia dan kue-kue yang terbuat dari ketan. Seiring perubahan zaman,  tradisi Hari Tanpa Api sudah mulai pudar pada masyarakat modern, tetapi tradisi mengonsumsi lumpia dan kue ketan pada hari Cheng Beng masih dijalankan oleh generasi penerus.


                Di Tiongkok dan Taiwan, hari Cheng Beng menjadi hari libur nasional yang berlangsung sekitar 3 hari. Masyarakat akan pulang ke kampung halaman untuk melaksanakan ritual ziarah makam leluhur kemudian dilanjutkan dengan piknik di alam bebas. Pada saat itu cuaca cerah, udara segar, pohon mulai berdaun dan bunga-bunga mulai mekar, adalah saat yang tepat untuk berkumpulnya keluarga.


No comments:

Post a Comment