Tuesday, April 18, 2017

Ikut arus... kenapa tidak?

    Terkadang mengerjakan suatu hal tidak harus terencana, dan biasanya hasilnya akan jauh lebih memuaskan daripada hal yang sudah kamu rencakan jauh-jauh hari, tetapi kemudian kamu akan kecewa berat karena hasilnya yang jauh dari prediksi kamu. Biarkanlah segala sesuatu mengalir begitu saja, dan kamu akan menikmati momen itu jauh lebih baik.


    Suatu hari ketika saya sedang menyiram tanaman saya, saya melihat dinding teras yang sudah mulai pudar warna cat-nya, cat putih yang tertempel di dinding terlihat begitu kusam dan jelek. Terlintas di pikiran, saya kemudian mulai membersihkan dinding yang warna cat-nya sudah pudar, dengan memakai alat pengorek cat, satu-persatu kerak cat berjatuhan, debu semen dan cat berterbangan sampai akhirnya hanya menyisakan dinding semen.

dinding cat yang sudah kusam dan pudar.


    Setelah itu saya bersihkan dinding semen tersebut  dengan kain lap, kemudian mulai mengecat warna dasar putih. Kebetulan adik saya sedang libur sekolah, dan saya ingin merangkul mereka untuk lebih aktif dan berani berkreasi,  maka saya ajak untuk bergabung dalam acara “pengecantikan dinding teras”. Dia bertanya apa yang ingin saya gambarkan, saya tersenyum dan hanya mengarahkan pemakaian warna dan posisinya.


“Berapa lama cece gambar itu?” Dia menunjuk ke salah satu sudut dinding teras yang sudah saya cat beberapa bulan lalu.

“Mungkin seminggu, setiap hari habis makan malam, saya mengecat sendirian di teras.”

“Seru?”

“Kenapa tidak? Mengerjakan sesuatu yang akan memberikan manfaat  itu adalah hal yang seru.”

    Walaupun gambarnya tidak seindah seniman, mungkin terkesan gambar anak-anak yang baru belajar  menggambar, tapi saya puas-puas saja, karena saya tidak menaruh harapan besar dalam hasil kreasi ini, dan saya hanya mengerjakan apa yang sedang saya pikirkan, itu saja. Kemudian orang-orang rumah senang saja karena dindingnya sekarang memiliki tema warna-warni.

sudut dinding yang sudah di cat beberapa bulan yang lalu.


    Beberapa kali saya mengecat warna dasar putih sampai datar, kemudian saya menambahkan warna biru, hijau, dan terakhir kuning. Jangan penasaran kenapa rumah saya ada begitu banyak warna cat hehe… saya memiliki stok cat aneka warna untuk segala kondisi bila saya sedang dilanda keinginan untuk merealisasikan segala ide saya yang datang tiba-tiba haha…






     Seorang adik saya bertanya apakah dia boleh ikut mewarnai daun?  tentu saja saya bilang, ini dinding kreasi, silakan berkreasi sesuka hati kalian. Saya hanya memberikan ruang dan tema, bila kamu ingin menambahkan sesuatu, boleh-boleh saja.  Tetapi mereka tidak berniat menambahkan, hufftt payah.


    Mama saya sangat antusias ketika melihat hasil cat, kemudian dengan semangat menjunjung tinggi kreatifitas anaknya, meminta saya untuk menambahkan gambar di sudut lain. “Untuk sekarang belum ada ide, nanti akan ada waktunya hehe…”


    Dari kesempatan “pengecantikan dinding teras” saya mengambil sedikit perenungan.  Ketika saya sedang membersihkan cat dinding yang sudah pudar, itu seperti juga sedang membersihkan batin kita dari segala keinginan dan kekotoran. Satu-persatu keinginan dan keserakahan terkelupas dari pikiran ini, yang pada akhirnya hanya menyisakan pikiran yang kosong, dan siap menerima dan mencerna hal baru.


    Dinding yang jelek sebenarnya tidak jelek-jelek amat, hanya saja pandangan kita yang terlalu fokus dan membesarkan titik-titik jeleknya. Cat dinding tidak bertahan lama, sama hal nya dengan sifat duniawi yang tidak pernah bersifat abadi. Kemudian dengan cara kita rutin membersihkan, dan menggantikan dengan warna cat baru, pandangan kita jauh lebih indah.


    Warna cat yang sudah pudar dan kusam memberikan suasana lesu, kita semua tidak suka dengan kejelekan karena itulah sifat manusia. Seperti halnya dengan masa lalu, hal yang sudah berlalu akan pudar dengan waktunya, dan harusnya itu dihapus kemudian digantikan dengan warna yang lebih indah sesuai dengan kondisi kini, saat ini.



Segala hal “itu akan berlalu”.



No comments:

Post a Comment