Saturday, January 28, 2017

Tradisi Imlek



Imlek adalah Tahun Baru Lunar bagi orang Tionghua di seluruh dunia, konon katanya zaman dahulu ada makhluk buas bernama Nian (nian juga artinya tahun) yang akan keluar setahun sekali pada waktu dini hari untuk mencari makan, dan dia akan melukai manusia. Untuk melawan makhluk ini, maka warga pada malam hari itu akan berkumpul bersama, menempel kertas-kertas merah di depan rumah masing-masing, dan melepaskan petasan (kembang api) karena Nian takut dengan warna merah dan suara petasan. Supaya stamina tetap kuat untuk menghadapi Nian, warga pun menyiapkan berbagai makanan untuk meningkatkan energi tubuh.

Ketika subuh telah tiba, setiap warga akan keluar rumah untuk saling menanyakan kabar, saling mengucapkan kiong hi (selamat) karena telah lewat dari nian (guo nian atau melewatkan tahun). Setiap orang yang bertemu akan saling mengucapkan kiong hi (selamat) sebagai doa untuk setahun kedepan. Sebagai bentuk rasa terimakasih, setiap rumah akan menyiapkan makanan serta dupa untuk sembahyang kepada Dewa Langit, Dewa Dewi dan leluhur. Tradisi ini di turunkan secara generasi ke generasi yang sekarang kita kenal sebagai chu xi ye (malam sebelum imlek) dan guo nian (tahun baru).

Selain legenda di atas, asal usul imlek berasal dari penanggalan lunar. Zaman dahulu penanggalan leluhur Tionghua di bagi menjadi 24, dimana li chun (masuk musim semi) adalah awal tahun sehingga di tentukan sebagai tahun baru. Chun (musim semi) adalah musim dimana segala aktifitas bercocok tanam akan dimulai, sebagai masyarakat agriculture, pemanjatan doa kepada Dewa Langit dan Dewa Dewi pun di laksanakan secara meriah. Adapun sembahyang leluhur adalah bentuk rasa bakti dari anak cucu yang menandakan selalu mengingat jasa nenek moyang.



Menyambut imlek, tradisi persiapan dan penyambutan akan dimulai dari:

1. Seminggu sebelum imlek atau lunar 23 akan ada sembahyang pelepasan Dewa. Dikatakan bahwa lunar 23 para Dewa akan pulang ke istana langit untuk melaporkan tugas selama setahun ini kepada Dewa Langit.

2. Membersihkan rumah, membersihkan altar dengan air bunga, menempel kertas merah dan menggantung lampion merah sebagai simbol kemakmuran.


3. Mempersiapkan barang-barang imlek, membeli barang sembahyangan, mengukus kue.




4. Sehari sebelum imlek (pagi) sembahyang pelepasan tahun. 

5. Makan malam bersama keluarga, adapun menu makan malam biasanya ada ikan (yu) yang memiliki kesamaan pelafalan dengan sisa (yu), nian nian you yu memiliki makna setiap tahun bersisa, rezeki yang tiada habis.


6. Menyapu dan mengepel rumah sebelum jam 12 malam, sesuai tradisi, hari pertama imlek dilarang menyapu karena diyakini dapat menolak berkah yang akan datang. 

7. Sembahyang di hari pertama (chue it) menyambut Tahun Baru, waktu ritual sembahyang tergantung kita. Ada yang sembahyang di detik pertama pergantian tahun (lewat jam 12 malam), ada juga yang sembahyang ketika pagi, bahkan di Tiongkok ada tradisi penancapan dupa pertama di kelenteng, warga akan berebutan untuk menjadi orang pertama yang menancapkan dupa di Tahun Baru.

Acara sembahyang penyambutan Tahun Baru di lakukan dengan meriah, para anggota keluarga harus berpakaian rapi dan berwarna ceria seperti merah atau kuning, adapun barang sembahyang harus genap seperti 6 jenis, 8 jenis ataupun 12 jenis. 6 menandakan kelancaran, 8 menandakan kemakmuran, dan 12 menandakan panjang umur. 

Ada beberapa barang sembahyang yang memiliki makna seperti:

*Jeruk (ju zi) memiliki kemiripan pelafalan dengan keberuntungan (ji). Jeruk memiliki makna penuh keberuntungan (da ji da li).


*Kue keranjang (nian gao) terdiri dari 2 jenis yaitu bertekstur lengket dan tidak mudah putus, makna dari kue keranjang ini adalah keharmonisan keluarga yang selalu lengket dan bersatu. Adapun satunya lagi berwarna cream dan harus terbelah atasnya, makna dari kue ini adalah kemakmuran.



*Manisan dan permen memiliki makna manis (tian), berharap di tahun baru ini perjalanannya terasa manis.





8. Hari pertama imlek bangun pagi dan saling mengucapkan kiong hi (selamat). Generasi muda mengucapkan doa dan harapan kepada generasi tua, generasi tua kemudian memberikan angpao sebagai bentuk doa. Anak-anak memberikan sujud kepada orang tua sebagai bentuk rasa terimakasih dan kasih sayang. 
Bagi saudara yang tidak tinggal se-kota akan saling telepon mengucapkan kiong hi.



9. Sembahyang di kelenteng ataupun vihara sebagai bentuk rasa syukur atas berkah yang telah diterima.

10. Yang lebih muda wajib mengunjungi rumah saudara yang lebih tua, misalnya adik harus mengunjungi rumah kakak.

11. Hari ke-2 imlek adalah hari dimana anak perempuan yang sudah menikah pulang ke rumah orang tua untuk bertamu dan mengucapkan kiong hi.

12. Hari ke-3 malam membakar kertas kuda untuk penyambutan Dewa pulang dari langit. Konon katanya Dewa pergi dan pulang dari langit akan naik kereta kuda dewa.

13. Hari ke-4 sembahyang penyambutan Dewa Dewi pulang dari langit untuk kembali bertugas di dunia selama setahun kedepan.

14. Hari ke-9 adalah hari ulang tahun Dewa Langit, setiap rumah akan mempersiapkan acara ritual sembahyang yang meriah.

15. Hari ke-15 adalah hari terakhir serangkaian acara imlek, di hari bulan purnama yang sekarang kita kenal sebagai festival lampion, setiap rumah akan sembahyang penutupan imlek.

Serangkaian persiapan imlek dan ritual sembahyang ini mungkin terkesan melelahkan, namun tradisi ini tetap di jaga dan diteruskan oleh generasi ke generasi. Berkat tradisi inilah keharmonisan keluarga selalu terjaga, sesama anggota keluarga juga saling mengikat dan mengasihi.








Tuesday, January 24, 2017

Mengapa tidak coba rasa lain saja?

Memberi tidak selalu harus dalam bentuk materi, sebuah perhatian yang tulus juga merupakan suatu pemberian.

Siang ini sesuai dengan jadwal yang ditentukan, anak-anak datang mengunjungi saya. Kali ini saya memilih steamboat dimana kami bisa dengan santai sambil ngobrol sambil menikmati makan siang.
Satu persatu anak mulai datang, belasan anak mengelilingi 3 meja yang telah saya siapkan, kami pun memulai acara makan bersama tahun baru. Walaupun tahun ini ada beberapa anak yang tidak pulang, tapi mereka tetap salah satu member dari keluarga besar ini.

Di pertengahan acara, salah satu dari mereka menyodorkan saya sebuah paper bag yang bertulisan Hok (rezeki, berkah).
"Happy New Year Ls, ini dari angkatan kami".
Setelah saya lihat, didalamnya ada 2 buah buku yang tebal. "Wow... buku yang menarik untuk di baca", saya berkata.
"Ini pasti mahal kan, terimakasih karena kalian selalu ingat bahwa saya suka koleksi buku haha..." saya melanjutkan.
"2 buku ini sudah pernah Ls baca? atau jangan-jangan sudah ada di rak buku?" Salah satu anak bertanya.
"Hal yang menggembirakan, saya belum pernah membaca 2 judul ini, dan saya sangat tertarik dengan 2 buku yang kalian pilih ini, sangat terimakasih pada kalian semua." Saya menjawab dengan tulus.
"Ls... angkatan kami tak bawa apa-apa lho..." Ujar salah seorang anak senior.
"Kalian setiap pulang selalu mengunjungi saya, ini sudah bentuk dari sebuah hadiah, terimakasih kalian selalu ingat pada saya. Kita setiap tahun harus berkumpul makan bersama yah, dan setiap tahun akan terus bertambah adik-adik kalian."



Lantas kami melanjutkan acara makan-makan nya, dari sks kuliah, asrama, kegiatan klub, partime, program internship sampai dengan berita-berita dunia semua kami bahas. Makan siang ini mungkin adalah makan siang paling lama waktunya dimana kami mulai jam 1 siang dan berakhir pada jam 5 sore.

Patut di apresiasi di mana komando saya supaya mereka menghabiskan semua makanan dapat di selesaikan dengan baik, kekuatan menghabiskan makanan anak-anak tidak perlu di ragukan, 1 kuali besar sup yang saya masak habis tak bersisa, dan saya tentu saja sangat senang. Di sela-sela berakhirnya makanan asin, icecream adalah pilihan makanan penutup acara ini.
"Wow..." Suara riuh ketika saya mengeluarkan kotak icecream dari kulkas.
"Mau sayang siapa lagi kalau bukan sayang kalian."
"Cie... Ls nih..."
Seketika kami semua mulai berebutan mengambil rasa yang paling diminati, mungkin inilah serunya kebersamaan, walaupun padahal akhirnya ada yang tidak mendapatkan rasa yang paling dinantikan, tetapi tidak ada salahnya bila mencoba rasa lain, mungkin justru rasa lainlah yang akan menjadi favorit kamu berikutnya.



Hidup kita bukannya juga begitu, tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan, terkadang kita hanya pernah mencoba 1 rasa dan kemudian merasa ini menjadi favorit dan seterusnya tidak ingin mencoba rasa lain karena takut kecewa dengan rasa baru. Tetapi bila sesekali kita tidak mendapatkan rasa yang kita inginkan, kemudian harus mencoba rasa baru yang sudah ada di tangan, tidak ada salahnya kita buka bungkusnya dan mencoba, mungkin justru rasa inilah rasa yang lebih cocok bagi kita.

Sebagai senior, saya berharap dapat selalu memberi arahan yang benar, motivasi dan dapat menjadi wadah bagi anak-anak ini. Dengan memberikan motivasi, juga sebuah bentuk motivasi bagi saya sendiri untuk terus berkembang dan maju.
Welcome home anak-anak, semoga tetap semangat mengejar impian, doa saya selalu menyertai setiap langkah kalian. Happy New Year...






Monday, January 23, 2017

Dengan memberi, kamu menerima

Hari ini saya kedatangan seorang teman dari luar kota, seperti biasa kami akan memiliki topik yang sepertinya tidak habis untuk dikuras. 2 jam bagi kami adalah waktu yang sangat tidak cukup untuk bertukar pikiran. Suatu jalinan jodoh yang unik dibalik tali pertemanan ini, dimana saya pada awalnya berteman dengan adik sepupunya sewaktu SD, kemudian kami mulai tegur sapa bila ketemu. Belasan tahun berlalu sampai suatu ketika kami bertemu kembali waktu festival lampion tahun baru. Kami mulai mengobrol ringan dan mulai contact. Mulai saat itu kami menemukan kesamaan value life kami, seperti petani yang menemukan lahan subur, kami begitu nyaman dalam topik kami, terus mencangkul dan menyebar benih (topik), dari benih itu tumbuhlah bibit pengetahuan yang dapat kami petik.

Sangat jarang bagi saya untuk menemukan seseorang yang begitu cocok dan memiliki value life yang sama, sehingga jalinan jodoh ini pun mulai terjalin dengan alamiahnya. Kami bercerita untuk topik yang lebih dalam dan berat, semakin bertukar pikiran, kami semakin merasa berbobot pertemuan ini. Hari ini kami berbagi topik tentang pengembangan diri dan ketidakkekalan, dia kemudian meminta saya untuk merekomendasikan buku-buku yang bagus untuk dibaca, saya memberikan 2 judul buku yang berbobot dengan gaya penulisan yang ringan.

Topik anicca menjadi pembukaan topik kami hari ini, saya kemudian sharing tentang blog yang baru saya post sehari sebelumnya. Dulu saya merasa bahwa kepergian orang yang kita kasihi adalah suatu bentuk "kehilangan", tetapi sekarang saya mengartikan sebagai "berkah hidup".  Teman saya kemudian mulai mencerna apa yang saya katakan, sekejap dia sepertinya mengerti, "oh... kamu melihat dengan sudut pandang yang berbeda." "Yah..." saya melanjutkan. "Perjalanan hidup kita bagaikan sedang menumpang public transport di mana setiap penumpang akan naik dan turun pada destinasi yang berbeda, di sini kita tidak memiliki siapapun sehingga bila ada salah seorang yang turun terlebih dahulu, mengapa bisa dikatakan sebagai "kehilangan"? Justru itu adalah suatu "berkah hidup" dimana kita memiliki waktu bersama dengan mereka selama di dalam kereta itu walaupun mereka turun terlebih dahulu, dan bukan tidak mungkin bila justru kitalah yang akan turun destinasi berikutnya.

Hari ini kami menghabiskan 5 jam penuh untuk bertukar pikiran, saya merasa seperti baterai yang telah terisi penuh setelah pertemuan ini, karena adanya orang yang dapat diajak untuk berbagi dan berdiskusi. Pertemuan kali ini saya diberikan sebuah kado pulpen, "dia akan berguna untukmu" begitulah kata teman saya sewaktu memberikan kado. Ini adalah kali kedua saya mendapatkan kado pulpen, sebelumnya saya diberikan oleh manager yang pada akhirnya menjadi teman sharing. Baik teman saya ataupun manager saya, mereka adalah pribadi yang smart, tekun, dan murah ilmu.



Pulpen bagi saya adalah sebuah harapan dan doa, setiap tahun saya tidak lupa untuk memberikan anak-anak pulpen yang menandakan harapan, berharap dengan pulpen itu mereka dapat menulis masa depan dengan bermakna dan penuh warna. Saya yang pada awalnya memberi, sangat terharu ketika diberi, karena ini adalah sebuah dukungan dan doa bagi saya.

Sunday, January 22, 2017

While

Dalam kurun waktu seminggu, saya mendengar 2 kabar anicca. 2 orang ini saya kenal dan sering bertegur sapa ketika bertemu, mereka adalah karakter yang baik, murah senyum dan ramah pada siapa pun. Kepergian mereka begitu singkat waktunya tanpa ada kesakitan, bahkan orang yang sedang berada di sekitar mereka pun begitu shock melihatnya. Di balik dari ketiba-tibaan ini, saya sadar bahwa inilah anicca dimana kita harus merelakan, setidaknya mereka pergi tanpa ada penderitaan.

Saya kemudian kembali merenungi anicca, yah benar... ini semua anicca dimana segala hal yang kita lihat, kita rasakan, kita dengar, kita cium adalah sebuah bentuk ketidakkekalan (anicca). Otak saya kemudian me-review ulang perkataan Guru yang selalu mengingatkan kami untuk selalu sadar dan tidak terbuai oleh sensasi-sensasi yang bersifat sementara.

10 tahun lalu di malam yang dingin, saya sms ke mama saya "kog beberapa hari ini tidak telepon saya?" Selang beberapa menit ada telepon masuk dan saya mendengar sebuah kabar dimana uncle saya yang masih muda dan ramah, meninggal dalam sebuah operasi kecil. Tidak ingat berapa lamanya saya terdiam, saya hanya mendengar suara rintikan air yang telah membasahi buku catatan yang sedang saya pelajari. Seperti kehilangan akal sehat, saya mulai berteriak sambil menangis berkata "bagaimana mungkin, uncle seorang dokter, mana mungkin ini terjadi begitu saja?" Malam itu menjadi malam yang sangat panjang dan berat bagi saya untuk mencerna apa yang telah terjadi.

8 tahun lalu sewaktu saya sedang bersiap-siap berangkat kuliah, sebuah sms masuk dari sepupu saya yang memberikan kabar bahwa salah seorang sepupu saya accident dan pass away. Blank... saya berdiri mematung beberapa saat, sejenak ketika sadar kembali saya menelepon ke auntie untuk memastikan kabar ini. Ketika telepon tersambung, saya berkata "ako (auntie)...", tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut kami, kami terus menangis di dalam telepon sampai uncle mengambil telepon dan mengatakan kepada saya, kamu baik-baik disana yah..., ce Yuli... sudah pergi dengan damai, kita relakan yah. Saya menangis dengan keras seolah-olah dengan tangisan ini dapat mengembalikan cece kesayanganku. Uncle terus menenangkanku, saya dapat mendengar tangisan di balik telepon, saya menangis, mereka juga menangis. Saya juga sudah tidak tahu bagaimana kami menyudahi jaringan telepon international itu.

Hari itu saya tidak masuk kuliah, saya bolos untuk kali pertama selama saya bersekolah. Saya menghilang dari aktifitas kampus selama sepekan, tidak seorang pun yang mengetahui kemana saya pergi, dan apa yang terjadi padaku. Saya hanya ingin menenangkan diri dan mencari arti dari sebuah kehidupan. Di hari kedua, saya mengirim email kepada dosen saya untuk meminta izin selama sepekan, saya akan bertanggung jawab atas segala tugas bila saya balik nantinya. Malam hari mama menelepon untuk menenangkan saya, kali ini saya meminta mama saya untuk terus berbicara dan menemani saya, saya begitu terpukul dengan kepergian cece sepupu yang baru 2 hari yang lalu masih chatting sama saya untuk menyusun acara reuni tahunan keluarga.



Keluarga saya adalah keluarga besar dimana kami selalu dapat akur dan kompak dalam berinteraksi. Tidak membedakan kandung atau sepupuan, ntah itu generasi kakek nenek atau papa mama bahkan kami pun selalu dekat dan harmonis. Sehingga tidak dipungkiri bahwa kepergian uncle Candra ataupun ce Yuli membawa kehilangan yang begitu besar.

Selama sepekan itu, saya seperti kehilangan arah, pada awalnya saya hanya pergi untuk duduk di pantai, mendengar suara ombak saya menyalurkan rasa rindu saya kepada sepupu kesayangan. Menghadap ke laut, walaupun negriku jauh tak terlihat, setidaknya laut ini terbentang sampai ke tanah kelahiranku, di sana ada keluargaku dan hati kami selalu bersama. Pada hari berikutnya, saya berada di gunung untuk merasakan ketenangan, dengan kedekatan ini saya berharap doa saya terdengar oleh Sang Buddha dan ce Yuli dapat terlepas dari penderitaan dan menuju alam sukhavati. Untuk seterusnya, saya menemui Guru saya dan melatih kesadaran, begitu sulitnya saya fokus pada suatu objek, pikiran saya melayang-layang dan terus menangis ketidakkekalan ini. Hari terakhir saya sudah jauh lebih tenang dan merelakan, saya pamit untuk pulang melanjutkan tugas kuliah. Sewaktu memberi hormat, Guru memberi pesan "belajarlah sejauh kamu bisa, asahlah kebijaksanaan dengan tindakan nyata".



5 tahun lalu, saya baru saja pulang dari kerja ketika mendapat bbm dari seorang teman dekat bahwa nenek (dari papa) saya pass away. Tidak berapa lama, papa saya menelepon saya untuk memberi kabar ini. Saya pun segera mengontak teman saya untuk membuatkan saya surat pengurusan visa express, keesokan harinya surat saya sudah jadi dan saya pun terbang pada sore itu, saya bertemu dengan adik saya di bandara transit, kami saling berpelukan, tidak ada kata-kata di antara kami karena kami sedang menenangkan pikiran dan hati. Walaupun saya sudah jauh lebih mengerti tentang anicca, pada dasarnya saya merasa penyesalan dimana apa yang saya pelajari dari nenek begitu minim, nenek saya begitu suka kuliner, tetapi saya tidak dapat melanjutkan seni beliau. Dari kecil saya selalu berada di sisi nenek, masakan nenek begitu special dan enak, itu adalah rasa dimana saya tidak dapat menemukan di dalam semua masakan keluarga saya termasuk mama saya.

2 tahun lalu, nenek (dari mama) sakit sehingga beliau harus di opname di rumah sakit. Setiap pagi saya dan mama bertukar shift dengan kakek untuk menjaga nenek. Waktu itu saya sudah for good dan mendapat jam kerja sore. Bagi saya waktu itu, quality time keluarga jauh lebih penting dibanding jenjang karir, karena saya tahu bahwa nenek saya tidak memiliki waktu yang lama untuk bertahan dan saya tidak ingin melewatkan kesempatan untuk menemani beliau.

Seperti biasa hari itu, saya membawa kerjaan saya ke rumah sakit dan lebih terjaga dengan kondisi nenek yang waktu itu mulai drop. Ntah karena dorongan apa, saya kemudian mengeluarkan foto Buddha yang selalu saya bawa di dalam tas. Saya meletakkan foto Buddha di atas ranjang nenek dan berdoa "dengan welas asih Sang Buddha, bawalah nenek saya supaya terlepas dari penderitaan ini." Saya begitu sedih melihat nenek saya sakit, dan saya justru tidak dapat membantu meringankan kesakitan ini. Ketika nenek saya mulai berkata bahwa ada siapa siapa di dalam kamar yang sebenarnya kosong, saya tersenyum dan menitikan air mata berkata "iyah nek, ada siapa lagi?" Saya sadar bahwa nenek saya sedang menuju ketidakkekalan.

Pintu kamar di ketok, seorang suster masuk dengan mendorong mesin oksigen. Saya tetap duduk di sofa sembari mengerjakan kerjaan saya, sekejap saya melirik ke arah nenek yang sepertinya merasa nyaman. Waktu saya melirik lagi, tangan beliau melambai ke saya, saya berdiri mendekati beliau untuk menenangkan beliau. Kemudian saya menggeserkan posisi ke depan ranjang untuk melihat nenek dengan jelas dari depan, saya lega ketika melihat beliau begitu nyaman seperti tidak ada kesakitan. Tidak berapa lama tiba-tiba suster memanggil nenek dan saya mulai panik, ketika pada akhirnya dokter datang mengecek dan mencabut infus, saya sadar bahwa nenek sudah meninggalkan duniawi, saya terus melafalkan Amitofo dan berdoa supaya nenek segera menuju alam sukhavati. Sewaktu mama saya menelepon orang rumah, saya melihat diluar jendela sedang hujan lebat, air menandakan kejernihan dan ketenangan, saya percaya bahwa nenek sudah terlepas dari penderitaan, saya merelakan.



Dalam kurun waktu 10 tahun, saya kehilangan 4 orang yang saya sayangi, pada akhirnya saya mengerti bahwa segala sesuatu yang dapat saya rasakan, saya lihat ataupun saya sentuh adalah bersifat sementara. Saya yang dulunya menganggap kepergian seseorang adalah sebuah bentuk "kehilangan", sekarang saya melihat dengan sudut pandang yang berbeda bahwa itu adalah sebuah "berkah". Perjalanan hidup ini bagaikan menumpang public transport dimana sepanjang perjalanan selalu ada penumpang yang naik dan turun di titik yang berbeda. Ini menyadarkan saya untuk lebih menghargai dan bersyukur kepada semua insan, di kehidupan ini saya dapat bertemu, seberapapun waktunya (singkat atau lama) inilah karma jodoh.

Melihat anicca, apa yang harus saya perhitungkan lagi? 


Thursday, January 12, 2017

Ketika

Beberapa waktu lalu seorang sahabat bertanya kepada saya, "apakah kamu selalu percaya pada orang lain?" Saya tidak langsung menjawab, tapi berkata "ketika kita merasa berada di posisi orang yang terluka, mungkin inilah pertanyaannya." Yah... dia sedang galau saya pikir.

Saya tidak pernah bertanya pertanyaan seperti di atas, sehingga saya pun tidak dapat menjawab seketika. Saya kemudian merenungkan pertanyaan di atas, dan... saya percaya "ketika".
"Ketika" seseorang sedang mengajari saya, saya percaya bahwa waktu itu dia benar-benar sedang berbagi ilmu dengan saya.
"Ketika" seseorang tertawa karena lelucon saya, saya percaya bahwa dia benar-benar terhibur.
"Ketika" seseorang berbaik hati pada saya, saya percaya dia benar-benar tulus pada saya.
"Ketika" seseorang menyayangi saya, saya percaya dia benar-benar menyayangi saya.
"Ketika" seseorang bahagia karena saya, saya percaya bahwa dia benar-benar membuka hatinya untuk merasakan.
"Ketika" seseorang mengkritik saya, saya percaya bahwa dia benar-benar ingin saya lebih kuat dan berani.
"Ketika" seseorang mengajak saya untuk hang out, saya percaya dia benar-benar ingin berbagi waktu dengan saya.



Saya rasa kita hanya perlu sadar pada saat ini (now) atau disebut "ketika", sadar bahwa di saat ini benar-benar dapat kita rasakan, dan kemudian segera lupakan, karena segala bentuk perasaan adalah bersifat sementara.
Misalnya bau, bau yang kita cium seketika itu bersifat sementara.
Misalnya rasa, rasa yang kita cicipi bersifat sementara.

Sehingga bila terjadi perubahan, mengapa harus muncul keraguan atau merasa kecewa, sedih, bahkan putus asa?






Monday, January 2, 2017

last year letter

Memasuki tahun baru, saya rasa semua dari kita mungkin akan flashback apa yang telah terjadi selama setahun yang akan berlalu ini. Beberapa hari yang lalu anak-anak mulai pulang liburan semester, kami pun bercerita tentang kuliahan. Seperti biasa saya akan menanyakan rencana semester berikutnya, salah satu dari mereka berencana untuk mengambil program exchange student ke Inggris, tentu saja saya sangat mendukung program ini, karena kebanyakan dari kita bila sudah memasuki dunia kerja, akan memiliki berbagai alasan untuk menunda advance studies ke LN.

Tahun lalu terjadi berbagai hal, tetapi itu semua adalah berkah di mana saya di tuntun untuk lebih melihat ke dalam (hati). Bila selama ini saya selalu mengarah keluar (melakukan apa yang telah di rencanakan), maka tahun ini saya melunakkan langkah dan mulai melakukan apa yang ingin saya kerjakan. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa inilah saya sebenarnya, dimana saya selalu dapat enjoy melakukan sesuatu walaupun berat untuk dikerjakan. 

Pertengahan tahun lalu saya sempat mengeluh terhadap hal yang saya alami, saya merasa saya cukup berjuang tetapi pada akhirnya tidak dapat membuahkan hasil yang saya harapkan. Saya lantas terpikir bila sewaktu kuliah dulu saya menerima tawaran program exchange student ke Los Angeles, mungkin perjalanan hidup saya akan sedikit berubah. Selama ini saya tidak pernah menyesal terhadap keputusan saya, tetapi di kala saya merasa depresi waktu itu, saya begitu berharap waktu dapat di ulang kembali dan saya tidak akan melepaskan kesempatan yang begitu berharga di mana hanya 2 kandidat yang terpilih untuk mengikuti program ini. 

Tidak lama bagi saya untuk me-reset ulang rencana, saya membuka kembali buku-buku saya yang semenjak pulang tidak pernah di buka kembali, saya menemukan berbagai tulisan saya di halaman buku, saya seperti menemukan diri saya sendiri dan saya termotivasi kembali. Seperti reborn, saya begitu bersemangat terhadap apa yang ingin di lakukan, saya mulai menata kembali list saya. Saya mengosongkan planning list buku note saya, saya kembali ke titik nol di mana saya ingin mengosongkan pikiran dan di isi dengan hal baru, saya akan kembali melangkah seperti new born baby. 

Mulai dari titik nol ternyata sangat bermanfaat dimana saya dapat menyerap berbagai hal dengan cara pikir yang berbeda, dan melihat dengan sudut pandang yang berbeda.

Saya kemudian menata ulang blog yang sudah saya gunakan selama 10 tahun ini, sedikit berantakan untuk di tata ulang dan akan menghabiskan banyak waktu, sehingga saya putuskan untuk delete all archive dan mulai dari titik nol. 

Di tahun baru ini, saya sangat berterimakasih kepada tahun lalu, tahun lalu adalah tahun penuh berkah.
1. tahun lalu keluarga saya bertambah 7 member baru. 
     (seorang ipar laki-laki, 4 sepupu dari uncle dan auntie, 2 keponakan dari adik sepupu)
2. tahun lalu saya berhasil meloloskan anak-anak ke gerbang univ.
3. tahun lalu saya berhasil menggapai target nomor 3 dari 5 target hidup saya. 
4. tahun lalu saya menemukan jalan pengembangan diri.
5. tahun lalu keluarga saya masih tetap harmonis dan penuh canda tawa.
6. tahun lalu saya mendapat 2 teman baru ketika mengikuti training.
7. tahun lalu saya menemukan kembali impian saya yang terlupakan.
8. tahun lalu saya berterimakasih kepada semua orang yang saya temui, mereka adalah guru saya             yang mengajari dan menjadi contoh bagi saya.
9. tahun lalu saya berterimakasih bagi semua orang yang memberi dukungan, arahan dan kritikan,           berkat dukungan, arahan dan kritikan inilah saya dapat menjalani proses perkembangan diri ini.
10. tahun lalu saya berterimakasih kepada anak-anak yang tetap memberi kesempatan bagi saya                 untuk berbagi.
11. tahun lalu saya di tuntun untuk lebih berani, bertanggung jawab, kuat, peka dan terus menggali potensi saya.
12. tahun lalu saya menemukan kembali saya.




Tahun adalah sebuah angka yang akan terus berubah dimana pada dasarnya apa yang akan di lakukan dan harus di lakukan tetaplah menjadi tujuan. Semoga di tahun ini saya tetap memiliki kesempatan untuk terus berbagi.