Imlek adalah Tahun Baru Lunar bagi orang Tionghua di seluruh dunia, konon katanya zaman dahulu ada makhluk buas bernama Nian (nian juga artinya tahun) yang akan keluar setahun sekali pada waktu dini hari untuk mencari makan, dan dia akan melukai manusia. Untuk melawan makhluk ini, maka warga pada malam hari itu akan berkumpul bersama, menempel kertas-kertas merah di depan rumah masing-masing, dan melepaskan petasan (kembang api) karena Nian takut dengan warna merah dan suara petasan. Supaya stamina tetap kuat untuk menghadapi Nian, warga pun menyiapkan berbagai makanan untuk meningkatkan energi tubuh.
Ketika subuh telah tiba, setiap warga akan keluar rumah untuk saling menanyakan kabar, saling mengucapkan kiong hi (selamat) karena telah lewat dari nian (guo nian atau melewatkan tahun). Setiap orang yang bertemu akan saling mengucapkan kiong hi (selamat) sebagai doa untuk setahun kedepan. Sebagai bentuk rasa terimakasih, setiap rumah akan menyiapkan makanan serta dupa untuk sembahyang kepada Dewa Langit, Dewa Dewi dan leluhur. Tradisi ini di turunkan secara generasi ke generasi yang sekarang kita kenal sebagai chu xi ye (malam sebelum imlek) dan guo nian (tahun baru).
Selain legenda di atas, asal usul imlek berasal dari penanggalan lunar. Zaman dahulu penanggalan leluhur Tionghua di bagi menjadi 24, dimana li chun (masuk musim semi) adalah awal tahun sehingga di tentukan sebagai tahun baru. Chun (musim semi) adalah musim dimana segala aktifitas bercocok tanam akan dimulai, sebagai masyarakat agriculture, pemanjatan doa kepada Dewa Langit dan Dewa Dewi pun di laksanakan secara meriah. Adapun sembahyang leluhur adalah bentuk rasa bakti dari anak cucu yang menandakan selalu mengingat jasa nenek moyang.
Menyambut imlek, tradisi persiapan dan penyambutan akan dimulai dari:
1. Seminggu sebelum imlek atau lunar 23 akan ada sembahyang pelepasan Dewa. Dikatakan bahwa lunar 23 para Dewa akan pulang ke istana langit untuk melaporkan tugas selama setahun ini kepada Dewa Langit.
2. Membersihkan rumah, membersihkan altar dengan air bunga, menempel kertas merah dan menggantung lampion merah sebagai simbol kemakmuran.
3. Mempersiapkan barang-barang imlek, membeli barang sembahyangan, mengukus kue.
5. Makan malam bersama keluarga, adapun menu makan malam biasanya ada ikan (yu) yang memiliki kesamaan pelafalan dengan sisa (yu), nian nian you yu memiliki makna setiap tahun bersisa, rezeki yang tiada habis.
6. Menyapu dan mengepel rumah sebelum jam 12 malam, sesuai tradisi, hari pertama imlek dilarang menyapu karena diyakini dapat menolak berkah yang akan datang.
7. Sembahyang di hari pertama (chue it) menyambut Tahun Baru, waktu ritual sembahyang tergantung kita. Ada yang sembahyang di detik pertama pergantian tahun (lewat jam 12 malam), ada juga yang sembahyang ketika pagi, bahkan di Tiongkok ada tradisi penancapan dupa pertama di kelenteng, warga akan berebutan untuk menjadi orang pertama yang menancapkan dupa di Tahun Baru.
Acara sembahyang penyambutan Tahun Baru di lakukan dengan meriah, para anggota keluarga harus berpakaian rapi dan berwarna ceria seperti merah atau kuning, adapun barang sembahyang harus genap seperti 6 jenis, 8 jenis ataupun 12 jenis. 6 menandakan kelancaran, 8 menandakan kemakmuran, dan 12 menandakan panjang umur.
Ada beberapa barang sembahyang yang memiliki makna seperti:
*Jeruk (ju zi) memiliki kemiripan pelafalan dengan keberuntungan (ji). Jeruk memiliki makna penuh keberuntungan (da ji da li).
*Kue keranjang (nian gao) terdiri dari 2 jenis yaitu bertekstur lengket dan tidak mudah putus, makna dari kue keranjang ini adalah keharmonisan keluarga yang selalu lengket dan bersatu. Adapun satunya lagi berwarna cream dan harus terbelah atasnya, makna dari kue ini adalah kemakmuran.
*Manisan dan permen memiliki makna manis (tian), berharap di tahun baru ini perjalanannya terasa manis.
8. Hari pertama imlek bangun pagi dan saling mengucapkan kiong hi (selamat). Generasi muda mengucapkan doa dan harapan kepada generasi tua, generasi tua kemudian memberikan angpao sebagai bentuk doa. Anak-anak memberikan sujud kepada orang tua sebagai bentuk rasa terimakasih dan kasih sayang.
9. Sembahyang di kelenteng ataupun vihara sebagai bentuk rasa syukur atas berkah yang telah diterima.
10. Yang lebih muda wajib mengunjungi rumah saudara yang lebih tua, misalnya adik harus mengunjungi rumah kakak.
11. Hari ke-2 imlek adalah hari dimana anak perempuan yang sudah menikah pulang ke rumah orang tua untuk bertamu dan mengucapkan kiong hi.
12. Hari ke-3 malam membakar kertas kuda untuk penyambutan Dewa pulang dari langit. Konon katanya Dewa pergi dan pulang dari langit akan naik kereta kuda dewa.
13. Hari ke-4 sembahyang penyambutan Dewa Dewi pulang dari langit untuk kembali bertugas di dunia selama setahun kedepan.
14. Hari ke-9 adalah hari ulang tahun Dewa Langit, setiap rumah akan mempersiapkan acara ritual sembahyang yang meriah.
15. Hari ke-15 adalah hari terakhir serangkaian acara imlek, di hari bulan purnama yang sekarang kita kenal sebagai festival lampion, setiap rumah akan sembahyang penutupan imlek.
Serangkaian persiapan imlek dan ritual sembahyang ini mungkin terkesan melelahkan, namun tradisi ini tetap di jaga dan diteruskan oleh generasi ke generasi. Berkat tradisi inilah keharmonisan keluarga selalu terjaga, sesama anggota keluarga juga saling mengikat dan mengasihi.
11. Hari ke-2 imlek adalah hari dimana anak perempuan yang sudah menikah pulang ke rumah orang tua untuk bertamu dan mengucapkan kiong hi.
12. Hari ke-3 malam membakar kertas kuda untuk penyambutan Dewa pulang dari langit. Konon katanya Dewa pergi dan pulang dari langit akan naik kereta kuda dewa.
13. Hari ke-4 sembahyang penyambutan Dewa Dewi pulang dari langit untuk kembali bertugas di dunia selama setahun kedepan.
14. Hari ke-9 adalah hari ulang tahun Dewa Langit, setiap rumah akan mempersiapkan acara ritual sembahyang yang meriah.
15. Hari ke-15 adalah hari terakhir serangkaian acara imlek, di hari bulan purnama yang sekarang kita kenal sebagai festival lampion, setiap rumah akan sembahyang penutupan imlek.
Serangkaian persiapan imlek dan ritual sembahyang ini mungkin terkesan melelahkan, namun tradisi ini tetap di jaga dan diteruskan oleh generasi ke generasi. Berkat tradisi inilah keharmonisan keluarga selalu terjaga, sesama anggota keluarga juga saling mengikat dan mengasihi.