Thursday, January 12, 2017

Ketika

Beberapa waktu lalu seorang sahabat bertanya kepada saya, "apakah kamu selalu percaya pada orang lain?" Saya tidak langsung menjawab, tapi berkata "ketika kita merasa berada di posisi orang yang terluka, mungkin inilah pertanyaannya." Yah... dia sedang galau saya pikir.

Saya tidak pernah bertanya pertanyaan seperti di atas, sehingga saya pun tidak dapat menjawab seketika. Saya kemudian merenungkan pertanyaan di atas, dan... saya percaya "ketika".
"Ketika" seseorang sedang mengajari saya, saya percaya bahwa waktu itu dia benar-benar sedang berbagi ilmu dengan saya.
"Ketika" seseorang tertawa karena lelucon saya, saya percaya bahwa dia benar-benar terhibur.
"Ketika" seseorang berbaik hati pada saya, saya percaya dia benar-benar tulus pada saya.
"Ketika" seseorang menyayangi saya, saya percaya dia benar-benar menyayangi saya.
"Ketika" seseorang bahagia karena saya, saya percaya bahwa dia benar-benar membuka hatinya untuk merasakan.
"Ketika" seseorang mengkritik saya, saya percaya bahwa dia benar-benar ingin saya lebih kuat dan berani.
"Ketika" seseorang mengajak saya untuk hang out, saya percaya dia benar-benar ingin berbagi waktu dengan saya.



Saya rasa kita hanya perlu sadar pada saat ini (now) atau disebut "ketika", sadar bahwa di saat ini benar-benar dapat kita rasakan, dan kemudian segera lupakan, karena segala bentuk perasaan adalah bersifat sementara.
Misalnya bau, bau yang kita cium seketika itu bersifat sementara.
Misalnya rasa, rasa yang kita cicipi bersifat sementara.

Sehingga bila terjadi perubahan, mengapa harus muncul keraguan atau merasa kecewa, sedih, bahkan putus asa?






No comments:

Post a Comment