Hari ini tiba-tiba merindukan seorang sahabat yang sudah 2
tahun tidak bertemu, terakhir kami bertemu sewaktu saya dan dia berada di
ibukota dalam waktu yang bersamaan, waktu itu saya sedang menghadiri sebuah
pameran, sementara dia sedang menghadiri sebuah seminar. Dikatakan rindu,
sejujurnya karena menerima emailnya tadi pagi.
Terkadang saya masih merasa inilah “karma” yang mengikat
kami dimana persahabatan ini bermula dari sebuah kesalahpahaman kami dalam
menjalankan sebuah tugas di kantor. Yahh… dia adalah GM saya sewaktu bekerja
sebagai translator. Kantor kami
menyediakan jasa translate dalam puluhan bahasa, setiap karyawan diwajibkan
menguasai minimal 3 bahasa.
Karena pribadi saya yang menyukai seni budaya, saya pun
dipercayakan untuk menjadi ketua divisi kebudayaan. Saya selalu ingat dengan
perkataan GM yang sengaja memanggil saya
ke ruangan kerjanya untuk memberi semangat kepada saya (waktu itu kami masih
sebatas partner kerja): “kamu adalah seorang yang memiliki talenta, galilah
kemampuanmu sedalam mungkin, kamu menguasai 4 bahasa, kamu jeli, kamu ceria,
teliti, hanya saja kurang bersabar. Di sini kamu adalah ketua divisi yang
paling muda, janganlah takut untuk membuat keputusan, biarlah orang lain
melihat tubuh kamu yang mungil ini dengan biasa, tapi lakukanlah sesuatu yang
membuat mereka menilai kamu sebagai seorang yang luar biasa.”
“Saya tidak ingin bertanding dengan orang lain, saya hanya
ingin menikmati proses menjadi pribadi yang bermanfaat bagi lingkungan.” Saya
ingat jawaban saya waktu itu, dan ini adalah motto saya dalam bekerja. Inilah saya yang kemudian dapat menjalani
tugas-tugas dengan santai dan riang gembira, ohh…saya termasuk orang yang cuek
dengan gossip di kantor, dan inilah yang membuat saya dapat membaur dengan
setiap divisi.
Suatu ketika saya diutus untuk menulis sebuah artikel,
singkat kata pendapat kami sedikit berbeda. Cara penyampaian beliau yang tegas dan
one man show membuat saya tersinggung sehingga untuk beberapa hari kedepan,
saya sengaja menghindari beliau. Bila bertemu di lobby, saya akan rela naik
tangga dibanding 1 lift dengannya, atau
saya akan telat ke kantin untuk makan siang supaya tidak perlu semeja
dengannya. (sedikit childish)
Kondisi kucing-kucingan ini berlangsung sekitar 10 hari,
teman-teman kantor merasa saya agak aneh tetapi tidak dapat menerka ataupun
mengorek cerita dari saya. Saya sendiri tidak bermaksud untuk membagi cerita
kepada siapapun. Sampai suatu hari minggu kami kebetulan bertemu di café toko
buku, hari ini hari ke-11 saya menghindarinya. Dikesempatan ini kami berbicara
secara terbuka, moment inilah yang kemudian menjadi pintu persahabatan kami.
“Saya tersinggung dengan cara penyampaian bapak yang
terkesan one man show, saya tidak akan terima dengan pernyataan yang selalu ingin menang sendiri, bukankah saya ada hak untuk membuat keputusan?” Pernyataan saya ini yang kemudian
membangun cara komunikasi kami yang selalu terbuka tetapi tetap menjaga privasi
masing-masing. Kami sering berbagi pengalaman dan pengetahuan, beliau
mengajarkan saya banyak hal.
Setelah menjadi sahabat, kami baru menemukan banyak sekali
kesamaan antara kami. Kami lahir di shio yang sama (dia 1 putaran diatas saya),
lahir di bulan yang sama, zodiac yang sama, suka bertualang, keras kepala, sama-sama
anak ke-2, memiliki gigi kelinci hehe, suka makan pedas, tidak suka bawang
putih, suka ketawa keras-keras (kecuali di kantor), banyak ide konyol, mencintai
pedesaan, tidak bisa berenang, phobia ketinggian.
Banyak sekali kenangan kami yang bila diungkit kembali sedikit memalukan, misalnya saya yang menabrak pintu kaca ketika menghindari dia, atau tertukar hp dengannya yang sama persis (waktu itu 1 kantor hanya hp kami yang sama, sama type, sama warna, sama nada dering hmmm).
Persahabatan kami semakin kokoh ketika saya menemani dia
melewati masa sulit, kala itu seorang GM yang selalu cool, tegas, berwibawa dan
penuh percaya diri itu terlihat begitu depresi di mata saya, matanya sayu dan
pandangannya kosong. Saya tidak tahu apa yang dapat saya lakukan untuk membantunya,
saya hanya menemani dan menjadi pendengar yang setia. “Setiap orang membutuhkan
teman bicara” pikiran saya waktu itu, walaupun saya tidak dapat membantu, tapi
setidaknya saya dapat menemani dan mendengarnya.
Setelah lama tidak berjumpa, saya sangat bahagia mendengar
dia sekarang yang jauh lebih santai menjalani hidup dibanding dulu yang
ambisius, teringat kata-kata kami yang saling mengingatkan. “kamu pintar,
bertalenta, sayangnya terlalu ambisius untuk menggapai hasil, terkadang
menikmati proses itu jauh lebih seru dibanding memetik hasil akhir, lihatnya
orang sekitarmu, mereka semua berjodoh denganmu, bisa jadi mereka adalah pembimbing
kamu menuju kesuksesan.” Kata-kata saya untuk dia.
“Seperti biasa, kamu lincah, bertalenta, sayangnya kurang
bersabar dan terlalu menuntut. Latihlah kesabaranmu, jangan terlalu cuek dengan
sebuah kondisi yang mungkin akan menjadi sebuah akar permasalahan.” Dia
membalas. Hahaa inilah kami dengan apa adanya dan saling mengingatkan untuk
menjadi pribadi yang lebih baik.
Ada keharuan di dalam persahabatan ini, kami sangat sadar
akan ketidakkekalan, pertemuan dan perpisahan terjadi karena karma. Kami sangat
menghargai persahabatan ini, bahkan kami membuat sebuah kesepakatan bila sampai
hari tua kami masih belum memiliki pasangan masing-masing, mungkin backpacker
tua bisa menjadi pilihan kami.
Hari ini dia mengirimkan saya sebuah pesan:
“girl... “ menjadi seorang yang sukses tidak harus memiliki
banyak uang dan berpangkat tinggi, sukses dalam menata sebuah keluarga, sukses
menjadi anak yang berbakti, sukses menjadi pemimpin yang pengertian, sukses
berinteraksi dengan orang, sukses menjadi sahabat yang setia, ini semua adalah
bentuk kesuksesan. Kaya tidak harus dalam bentuk uang, kaya pengetahuan, kaya
pengalaman, kaya koneksi adalah sebuah bentuk kekayaan.”
Saya selalu ingat
kata-kata yang kamu ucapkan kepada saya waktu itu, ini adalah kata-kata berharga bagi saya, kamu luar biasa dek, kecil-kecil cabe rawit yah haha.
Terimakasih karena jalinan persahabatan ini, terimakasih
kamu adalah sahabat saya, semoga kamu selalu lucky yahh seperti dulu (setiap
tahun dapat undian), usia boleh tua tapi jiwa selalu YOUNG.
Happy valentine
*atur waktu datanglah ke benua yang romantis ini, saya yakin
kamu akan menyukainya, hitung-hitung sebagai bentuk care terhadap LKK (lao khok
khok/tua) ini.
Saya tersenyam-senyum melihat email ini, kecil-kecil cabe
rawit huhhh… kemudian menekan tombol reply…
“mengingat usiamu yang sudah kepala 4, saya terpaksa harus
berdoa semoga teralisasikan yah, sebagai bentuk care, tiket dan visa please
Mister Yoan janjikan dulu hahahaaa… Sejak kapan kita melewati valentine?? jump boss, forget it... toassss!”
Mungkin inilah berharganya sebuah persahabatan, tidak banyak
kata-kata yang perlu diucapkan, kami selalu ada untuk yang lain, kami tidak
pernah meninggalkan yang lain, kami saling mendukung, kami berbicara dari hati
ke hati.
No comments:
Post a Comment