Sunday, February 5, 2017

Tradisi sembahyang Ulang Tahun Dewa Langit

Hari ke-9 Imlek adalah puncak acara ritual sembahyang dari serangkaian acara Imlek. Di hari ulang tahun Dewa Langit ini, setiap keluarga akan mempersiapkan sesajian sembahyang dengan meriah, berpakaian rapi untuk sembahyang merayakan hari kebesaran Dewa Langit ini.




Di tradisi Hokkian (daerah selatan Tiongkok), ritual sembahyang hari ulang tahun Dewa Langit dilaksanakan lebih meriah dibanding ritual sembahyang penyambutan Tahun Baru Imlek, hal ini dikarenakan sebagai bentuk balas budi terhadap Dewa Langit.

Konon katanya waktu dinasti Ming, leluhur orang Tionghua Hokkian yang tinggal di pesisir laut Cina Selatan diserang oleh kawanan perampok yang disertai pembunuhan, warga kemudian melarikan diri dan selamat dari serangan setelah berlindung di dalam hutan tebu. Hari ini bertepatan dengan hari kelahiran Dewa Langit, warga yang selamat percaya bahwa ini adalah bantuan dari Dewa Langit, sehingga mereka pun melakukan ritual sembahyang sebagai rasa terimakasih.

Adapun ada versi lain yang mengatakan bahwa tradisi sembahyang ini bermula saat dinasti Song, kala itu terjadi kesalahpahaman pengertian antara prajurit Tiongkok bagian utara dengan warga Hokkian tentang "lang" yang dalam bahasa mandarin artinya "serigala", sedangkan dalam dialek hokkian artinya "orang". Prajurit Tiongkok bagian utara yang tidak mengerti dialek Hokkian kemudian melakukan pembantaian, warga Hokkian pun melarikan diri dan bersembunyi di hutan tebu. Di tahun itu, warga Hokkian tidak merayakan imlek, dan pada akhirnya mereka dapat keluar dari hutan tebu setelah kesalahpahaman terjelaskan. Hari ini tepatnya hari ke-9 imlek atau hari kelahiran Dewa Langit. Warga kemudian merayakan imlek di hari besar ini, melakukan ritual sembahyang yang meriah.

Tradisi ini kemudian di teruskan secara turun temurun, dan biasanya di lakukan waktu dini hari (detik pertama hari ke-9 Imlek), adapun tebu yang selalu di sembahyangkan sebagai simbol keselamatan. Selain tebu, setiap sesajian sembahyang juga memiliki makna tersendiri, barang yang akan di sembahyangkan juga harus berjumlah genap.

1. Jeruk (ju zi atau ji) yang memiliki makna kemakmuran.



2. Kue keranjang (nian gao) yang melambangkan keharmonisan keluarga dan rezeki yang berlimpah.



3. Manisan dan permen (tang guo) yang melambangkan kehidupan yang manis.

4. Nenas (feng li, wang li atau hokkiannya ong lai) yang melambangkan kesuksesan.


5. Apel (ping guo) yang melambangkan keselamatan, kesehatan, aman sejahtera (ping an)



6. Misua (mian xian) yang memiliki makna panjang umur.

7. Kucai (jiu cai) yang memiliki makna abadi.



8. Telur merah (hong ji dan) yang melambangkan kelahiran.

9. Tebu (gan zhe) yang memiliki simbol keselamatan. Tebu yang tumbuh lurus dan seluruh batang terasa manis juga diartikan sebagai simbol kesuksesan.



10. Kalengan (guan tou) yang memiliki arti pangan yang tiada habis.

11. Kacang-kacangan (dou lei) yang memiliki arti disenangi orang lain.

12. Kue manis (hong gui) yang berbentuk kura-kura memiliki simbol hokki dan panjang umur.


Selain itu, dupa, lilin, kertas kimcua dan arak adalah barang yang diwajibkan dalam acara sembahyang ini.




Walaupun sudah ratusan tahun berlalu, tradisi ini sampai sekarang tetap dijaga dan diikuti oleh generasi penerus, bahkan di beberapa daerah seperti Malaysia di adakan acara sembahyang hari ke-9 secara bersama di ruang terbuka yang telah di sediakan.

Sebagai generasi penerus, alangkah baiknya bila kita dapat selalu melestarikan budaya dan tradisi nenek moyang dimana tradisi-tradisi ini merupakan sebuah acara/kesempatan yang dapat mengumpulkan sanak saudara yang berada di segala penjuru.


No comments:

Post a Comment